Minggu, 19 Agustus 2012

How to Make Business 2


                Hei mate setelah saya coba untuk menguraikan tentang apa itu bisnis, kelebihan dan kekurangannya, sekarang saya akan mencoba untuk berbagi pengalaman pribadi pada saat memulai suatu bisnis. Ide gila ini terjadi pada bulan Desember tahun lalu, tepatnya pada saat penyelenggaraan Sea Games di Indonesia. Saya mencium sebuah peluang pada saat itu. Saya melihat bahwa demand terhadap tiket pertandingan sepakbola sea games di kampus saya, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, sangat tinggi sementara supply-nya tidak ada karena jarak antara Bintaro dan Senayan cukup jauh.
                Langkah pertama, saya memulai dengan merekrut 3 orang, yaitu Daryl, Daniel, dan Harry. Daryl dan Daniel saya pilih karena mereka berdua adalah orang Jakarta yang pastinya mengenal Jakarta dengan baik sementara Harry saya pilih karena dia mempunyai pergaulan yang luas dan dia jago desain. Mulanya sih kami tidak terlalu berharap bahwa keuntungan di bisnis ini akan memuaskan karena mahasiswa STAN terkenal perhitungan kalo urusan duit. Untuk memulai suatu bisnis ini, saya sebagai pendiri dan CEO mengusulkan sebuah nama yaitu Komodo Group. Saya mengambil nama ini karena pada saat itu lambang Sea Games adalah binatang Komodo unyu. Yah strategi branding saya pun sukses, sampai sekarang hampir 30 % mahasiswa STAN mengetahui nama ini sampai2 saya pun dipanggil Komodo kalo lewat. Hal ini menandakan bahwa branding atau merk pada sebuah produk itu sangatlah penting karena nama yang unik dan mudah diingat akan mendatangkan minat konsumen untuk membeli barang atau jasa kita.
                Kemudian  kami mulai menyusun perhitungan anggaran yang terdiri dari perkiraan biaya dan pendapatan. Kami merencanakan untuk membuat 2  paket penjualan tiket. Paket pertama penjualan tiket aja sementara paket kedua tiket + transport pulang pergi. Kami mengambil untung 15 ribu untuk setiap tiket. Contoh harga tiket sebesar Rp 35.000 kami jual Rp 50.000. Dan untuk transportasi kami hanya mengambil untung 5 ribu tiap orangnya. Nah sistemnya kami mengumpulkan uang dari seluruh pembeli sampai pada tanggal tertentu kemudian dengan uang tersebut kami membeli tiket dan menyewa metromini sesuai pesanan ke tempat penjualan tiket resmi (pada saat itu raja karcis) dan bandar metromini. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bisnis ini sebenarnya gak melibatkan modal yang besar karena seluruh biayanya sudah tertutupi oleh uang yang dibayarkan di muka oleh para pembeli.
                Kami pun mulai bergerak pada hari senin karena pertandingan bolanya (pada saat itu Indonesia vs Thailand) akan berlangsung pada hari minggu pada minggu yang sama. Kami mulai menerapkan strategi pemasaran dengan low cost budget caranya adalah dengan memaksimalkan facebook dan membuat brosur kertas yang kami sengaja fotocopy. Biaya untuk ini hanya sebesar Rp 6.000. Cara penjualan tiket adalah dengan cara sms. Apabila ada sms, kami langsung ajak ketemu di suatu tempat. Kemudian sang pembeli memberikan  uang dan untuk sementara kami memberikan kuitansi karena tiket belum ada di kami. Setelah di total hampir sebanyak 70 orang yang membeli tiket ini. Awalnya sih animo konsumen belum terlalu besar sampai pada hari rabu sore ketika Indonesia mengalahkan Singapura dengan skor 2-0 (kalo gak salah) demand akan tiket Indonesia vs Thailand (pada hari minggu) pun semakin meningkat.
                Pada saat hari Jumat, eksekusi pembelian tiket (Indonesia vs Thailand) pun dilakukan. Saya dan Daniel pergi ke Rajakarcis untuk membeli 70 tiket. Karena pada saat itu belum berlaku pembatasan pembelian tiket kami pun berhasil membeli tiket sejumlah permintaan tersebut. Pada saat itu tiket itu masih berupa kwitansi dan harus ditukar ke tiket asli pada hari minggu di Stadion Gelora Bung Karno. Setelah membeli tiket kami pun memesan 2 bus metromini untuk menunjang transportasi ke Stadion Gelora Bung Karno.
                Tibalah hari minggu. Rencana awalnya saya dan Harry akan pergi ke stadion paginya untuk menukarkan tiket dan kembali lagi ke Bintaro untuk mengurus pembagian tiket dan transportasi. Awalnya pada saat menukarkan tiket, saya sempat marah besar terhadap Harry karena dia datang telat. Saya rasa sih bisnis butuh komitmen dan disiplin dan Harry sangat lemah akan hal ini. Mungkin karena kreativitasnya yang terlalu berlebih. Setelah berhasil mendapatkan tiket, pada pukul 1 siang kami pun tiba di Bintaro. Pada saat mau melaksanakan eksekusi pembagian tiket dan pergi ke Senayan, tiba-tiba supir metromini membatalkan kesepakatan sebelumnya. Dia menolak untuk mengantar kami karena busnya rusak dan dia menawarkan untuk menyediakan bus yang lain dengan harga yang jauh lebih mahal. Saya awalnya menolak karena ini tidak sesuai dengan budget.  Saya mencoba untuk mencari alternatif transportasi yang lain tapi sayangnya gak ada. Saya kemudian menelpon gembong metromini yang bernama Bang Pa*l dan saya berkonsultasi dengan dia dan dia menyatakan akan mencari 2 buah bus yang kami perlukan. Satu jam berselang saya tidak juga mendapatkan balasan telepon dari dia. Saya pun tambah bingung dan panik karena ada 60 jiwa yang telah menunggu resah di kampus untuk diberangkatkan. Daripada saya dibakar hidup-hidup di kampus, saya pun memutuskan untuk menelpon supir metromini yang pertama yang menawarkan harga mahal tadi dan kesepakatan pun terjadi.
                Pada saat mau berangkat masalah pun kembali muncul ternyata di lapangan kampus ada 4 bus yang muncul. Ternyata bang Pa*l tadi mengirim juga 2 bus tanpa konfirmasi ke kami. Untuk menyiasati ini kami pun segera naik ke 2 bus yang pertama datang. 2 bus yang datang belakangan ini pun kami acuhkan (alias pura-pura kagak tau siapa yang mesen). Mungkin kesannya tidak bertanggung jawab gitu cuman yah saya pikir bisnis itu tentang bagaimana cara membuat keputusan bijak. Daripada saya dipukulin 60 orang dan nama saya tercoreng di seantero kampus bagus saya berbuat seperti ini. 2 supir bus yang datangnya agak telat ini pun mulai marah-marah. Handphone saya pun penuh kata caci maki dan sumpah serapah. Dengan perasaan takut setengah mati saya pun mulai menuntun teman2 untuk menaiki bus yang pertama dan menuju ke Senayan sementara supir yang tidak bersalah tadi terus mencari-cari yang namanya Bastian di seantero STAN.
                Tibalah kami di Stadion Gelora Bung Karno tepat waktu, teman-teman yang membeli tiket ini tidak tau tentang masalah metromini tadi cuman saya, daryl, harry, dan daniel yang tau. Teman-teman mulai berpencar untuk duduk di kursi yang mereka mau dan pulangnya pun kami atur sedemikian rupa agar tidak ada yang tertinggal. Overall kami menyaksikan raut kepuasan di wajah para konsumen ini apalagi Indonesia berhasil membantai Thailand dengan skor 3-1 (kalo gak salah) dan berdasarkan komentar mereka sih mereka puas akan jasa kami !!!!...Dan beberapa hari kemudian kami mulai menghitung laba/keuntungan dan keuntungan bersih kami adalah sebesar Rp 800.000. Yah menurut saya sih lumayan lah buat bisnis seperti ini. Dan karena kami menganut sila ketiga Pancasila, kami pun membaginya sama rata yang menurut saya gak adil juga sih karena beban kerja saya jauh lebih berat dibanding  para cecunguk yang lain. Tapi persahabatan gak bisa dinilai dengan uang sih
                Nah, ada beberapa hal yang bisa dipelajari dalam cerita saya, yaitu:
1.       Bisnis itu gak harus dengan modal yang besar. Sebenarnya kreativitas, ide yang unik, dan timing yang tepat bisa menggantikan kebutuhan akan modal yang besar ini;
2.       Brand/Merk yang unik secara tidak langsung dapat meningkatkan penjualan karena dengan merk yang unik konsumen dapat mengingat jasa/barang yang kita tawarkan dengan mudah;
3.       Jangan memilih partner dengan spesialisasi/skill yang sama. Dari cerita diatas ada 4 orang dengan 4 kelebihan dan kelemahan yang totally different :
Ø  Daryl adalah orang yang temennya cukup banyak sehingga daerah pemasaran tiket ini pun cakupannya luas, tetapi dia agak males untuk terjun langsung ke dalam lapangan
Ø  Saya adalah pencetus ide yang mempunyai ide yang brilian dan suka terjun ke lapangan, tetapi saya orang yang kurang bagus dalam hal mendesain dan memegang uang
Ø  Daniel Hutajulu adalah seorang pekerja keras,bertanggung jawab,  dan dia pinter memegang uang, tetapi dia kurang baik dalam segi kreativitas
Ø  Harry Lubis adalah seorang yang sangat kreatif, tetapi dia tidak disiplin waktu;
4.       Waspadailah faktor-faktor yang tidak terduga. Kadang bisnis itu tidak semulus yang kita rencanakan;
5.       Harus bisa menjadi decision maker dalam waktu yang relatif singkat. Harus berani mengorbankan satu hal yang kecil demi hal yang besar kalo terpaksa. Tapi usahakan tidak ada yang dikorbankan meskipun mustahil;
6.       Yang terakhir berserah sama Tuhan karena bukan rancangan kita yang jadi, melainkan rancangan Dia.
                Oke guys sekian dari saya sharing-sharing selanjutnya akan saya tulis di lain kesempatan. Semoga tulisan ini bermanfaat. Mauliate ^^
Teman-teman ketika menunggu bus di kampus STAN

Daniel,Harry,Daryl,&Bastian (4 pendiri Komodo Group)
Bahkan ada cewe juga ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar