Hei
mate setelah saya coba untuk menguraikan tentang apa itu bisnis, kelebihan dan
kekurangannya, sekarang saya akan mencoba untuk berbagi pengalaman pribadi pada
saat memulai suatu bisnis. Ide gila ini terjadi pada bulan Desember tahun lalu,
tepatnya pada saat penyelenggaraan Sea Games di Indonesia. Saya mencium sebuah
peluang pada saat itu. Saya melihat bahwa demand
terhadap tiket pertandingan sepakbola sea games di kampus saya, Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara, sangat tinggi sementara supply-nya tidak ada karena jarak
antara Bintaro dan Senayan cukup jauh.
Langkah
pertama, saya memulai dengan merekrut 3 orang, yaitu Daryl, Daniel, dan Harry.
Daryl dan Daniel saya pilih karena mereka berdua adalah orang Jakarta yang
pastinya mengenal Jakarta dengan baik sementara Harry saya pilih karena dia
mempunyai pergaulan yang luas dan dia jago desain. Mulanya sih kami tidak
terlalu berharap bahwa keuntungan di bisnis ini akan memuaskan karena mahasiswa
STAN terkenal perhitungan kalo urusan duit. Untuk memulai suatu bisnis ini,
saya sebagai pendiri dan CEO mengusulkan sebuah nama yaitu Komodo Group. Saya
mengambil nama ini karena pada saat itu lambang Sea Games adalah binatang
Komodo unyu. Yah strategi branding saya pun sukses, sampai sekarang hampir 30 %
mahasiswa STAN mengetahui nama ini sampai2 saya pun dipanggil Komodo kalo lewat.
Hal ini menandakan bahwa branding atau merk pada sebuah produk itu sangatlah
penting karena nama yang unik dan mudah diingat akan mendatangkan minat
konsumen untuk membeli barang atau jasa kita.
Kemudian
kami mulai menyusun perhitungan anggaran
yang terdiri dari perkiraan biaya dan pendapatan. Kami merencanakan untuk
membuat 2 paket penjualan tiket. Paket
pertama penjualan tiket aja sementara paket kedua tiket + transport pulang
pergi. Kami mengambil untung 15 ribu untuk setiap tiket. Contoh harga tiket
sebesar Rp 35.000 kami jual Rp 50.000. Dan untuk transportasi kami hanya
mengambil untung 5 ribu tiap orangnya. Nah sistemnya kami mengumpulkan uang
dari seluruh pembeli sampai pada tanggal tertentu kemudian dengan uang tersebut
kami membeli tiket dan menyewa metromini sesuai pesanan ke tempat penjualan
tiket resmi (pada saat itu raja karcis) dan bandar metromini. Dari hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa bisnis ini sebenarnya gak melibatkan modal yang besar
karena seluruh biayanya sudah tertutupi oleh uang yang dibayarkan di muka oleh
para pembeli.
Kami
pun mulai bergerak pada hari senin karena pertandingan bolanya (pada saat itu
Indonesia vs Thailand) akan berlangsung pada hari minggu pada minggu yang sama.
Kami mulai menerapkan strategi pemasaran dengan low cost budget caranya adalah dengan memaksimalkan facebook dan
membuat brosur kertas yang kami sengaja fotocopy. Biaya untuk ini hanya sebesar
Rp 6.000. Cara penjualan tiket adalah dengan cara sms. Apabila ada sms, kami
langsung ajak ketemu di suatu tempat. Kemudian sang pembeli memberikan uang dan untuk sementara kami memberikan
kuitansi karena tiket belum ada di kami. Setelah di total hampir sebanyak 70
orang yang membeli tiket ini. Awalnya sih animo konsumen belum terlalu besar
sampai pada hari rabu sore ketika Indonesia mengalahkan Singapura dengan skor
2-0 (kalo gak salah) demand akan
tiket Indonesia vs Thailand (pada hari minggu) pun semakin meningkat.
Pada
saat hari Jumat, eksekusi pembelian tiket (Indonesia vs Thailand) pun
dilakukan. Saya dan Daniel pergi ke Rajakarcis untuk membeli 70 tiket. Karena
pada saat itu belum berlaku pembatasan pembelian tiket kami pun berhasil
membeli tiket sejumlah permintaan tersebut. Pada saat itu tiket itu masih
berupa kwitansi dan harus ditukar ke tiket asli pada hari minggu di Stadion
Gelora Bung Karno. Setelah membeli tiket kami pun memesan 2 bus metromini untuk
menunjang transportasi ke Stadion Gelora Bung Karno.
Tibalah hari minggu. Rencana
awalnya saya dan Harry akan pergi ke stadion paginya untuk menukarkan tiket dan
kembali lagi ke Bintaro untuk mengurus pembagian tiket dan transportasi. Awalnya
pada saat menukarkan tiket, saya sempat marah besar terhadap Harry karena dia
datang telat. Saya rasa sih bisnis butuh komitmen dan disiplin dan Harry sangat
lemah akan hal ini. Mungkin karena kreativitasnya yang terlalu berlebih.
Setelah berhasil mendapatkan tiket, pada pukul 1 siang kami pun tiba di
Bintaro. Pada saat mau melaksanakan eksekusi pembagian tiket dan pergi ke
Senayan, tiba-tiba supir metromini membatalkan kesepakatan sebelumnya. Dia
menolak untuk mengantar kami karena busnya rusak dan dia menawarkan untuk
menyediakan bus yang lain dengan harga yang jauh lebih mahal. Saya awalnya
menolak karena ini tidak sesuai dengan budget.
Saya mencoba untuk mencari alternatif transportasi yang lain tapi sayangnya
gak ada. Saya kemudian menelpon gembong metromini yang bernama Bang Pa*l dan
saya berkonsultasi dengan dia dan dia menyatakan akan mencari 2 buah bus yang
kami perlukan. Satu jam berselang saya tidak juga mendapatkan balasan telepon
dari dia. Saya pun tambah bingung dan panik karena ada 60 jiwa yang telah
menunggu resah di kampus untuk diberangkatkan. Daripada saya dibakar
hidup-hidup di kampus, saya pun memutuskan untuk menelpon supir metromini yang
pertama yang menawarkan harga mahal tadi dan kesepakatan pun terjadi.
Pada
saat mau berangkat masalah pun kembali muncul ternyata di lapangan kampus ada 4
bus yang muncul. Ternyata bang Pa*l tadi mengirim juga 2 bus tanpa konfirmasi
ke kami. Untuk menyiasati ini kami pun segera naik ke 2 bus yang pertama
datang. 2 bus yang datang belakangan ini pun kami acuhkan (alias pura-pura
kagak tau siapa yang mesen). Mungkin kesannya tidak bertanggung jawab gitu
cuman yah saya pikir bisnis itu tentang bagaimana cara membuat keputusan bijak.
Daripada saya dipukulin 60 orang dan nama saya tercoreng di seantero kampus
bagus saya berbuat seperti ini. 2 supir bus yang datangnya agak telat ini pun
mulai marah-marah. Handphone saya pun penuh kata caci maki dan sumpah serapah.
Dengan perasaan takut setengah mati saya pun mulai menuntun teman2 untuk
menaiki bus yang pertama dan menuju ke Senayan sementara supir yang tidak
bersalah tadi terus mencari-cari yang namanya Bastian di seantero STAN.
Tibalah
kami di Stadion Gelora Bung Karno tepat waktu, teman-teman yang membeli tiket
ini tidak tau tentang masalah metromini tadi cuman saya, daryl, harry, dan
daniel yang tau. Teman-teman mulai berpencar untuk duduk di kursi yang mereka
mau dan pulangnya pun kami atur sedemikian rupa agar tidak ada yang tertinggal.
Overall kami menyaksikan raut kepuasan di wajah para konsumen ini apalagi
Indonesia berhasil membantai Thailand dengan skor 3-1 (kalo gak salah) dan
berdasarkan komentar mereka sih mereka puas akan jasa kami !!!!...Dan beberapa
hari kemudian kami mulai menghitung laba/keuntungan dan keuntungan bersih kami
adalah sebesar Rp 800.000. Yah menurut saya sih lumayan lah buat bisnis seperti
ini. Dan karena kami menganut sila ketiga Pancasila, kami pun membaginya sama
rata yang menurut saya gak adil juga sih karena beban kerja saya jauh lebih
berat dibanding para cecunguk yang lain.
Tapi persahabatan gak bisa dinilai dengan uang sih
Nah,
ada beberapa hal yang bisa dipelajari dalam cerita saya, yaitu:
1.
Bisnis itu gak harus dengan modal yang besar.
Sebenarnya kreativitas, ide yang unik, dan timing yang tepat bisa menggantikan
kebutuhan akan modal yang besar ini;
2.
Brand/Merk yang unik secara tidak langsung dapat
meningkatkan penjualan karena dengan merk yang unik konsumen dapat mengingat
jasa/barang yang kita tawarkan dengan mudah;
3.
Jangan memilih partner dengan spesialisasi/skill
yang sama. Dari cerita diatas ada 4 orang dengan 4 kelebihan dan kelemahan yang
totally different :
Ø
Daryl adalah orang yang temennya cukup banyak
sehingga daerah pemasaran tiket ini pun cakupannya luas, tetapi dia agak males
untuk terjun langsung ke dalam lapangan
Ø
Saya adalah pencetus ide yang mempunyai ide yang
brilian dan suka terjun ke lapangan, tetapi saya orang yang kurang bagus dalam
hal mendesain dan memegang uang
Ø
Daniel Hutajulu adalah seorang pekerja keras,bertanggung
jawab, dan dia pinter memegang uang,
tetapi dia kurang baik dalam segi kreativitas
Ø
Harry Lubis adalah seorang yang sangat kreatif,
tetapi dia tidak disiplin waktu;
4.
Waspadailah faktor-faktor yang tidak terduga.
Kadang bisnis itu tidak semulus yang kita rencanakan;
5.
Harus bisa menjadi decision maker dalam waktu
yang relatif singkat. Harus berani mengorbankan satu hal yang kecil demi hal
yang besar kalo terpaksa. Tapi usahakan tidak ada yang dikorbankan meskipun
mustahil;
6.
Yang terakhir berserah sama Tuhan karena bukan
rancangan kita yang jadi, melainkan rancangan Dia.
Oke guys sekian dari saya
sharing-sharing selanjutnya akan saya tulis di lain kesempatan. Semoga tulisan
ini bermanfaat. Mauliate ^^
![]() |
Daniel,Harry,Daryl,&Bastian (4 pendiri Komodo Group) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar