Selasa, 06 Agustus 2013

My LFC Projection


Masa Keemasan Liverpool FC
Sudah lama saya tidak melihat Liverpool bermain di kompetisi elit eropa atau yang biasa kita sebut Liga Champions. Sempat teringat di benak saya bagaimana Liverpool menjadi tim yang sangat disegani di eropa ketika masih dilatih oleh Rafa Benitez. Dengan mata kepala sendiri, saya melihat bagaimana Liverpool dengan perkasanya membantai klub-klub hebat eropa seperti Inter Milan, Barcelona, Chelsea, AC Milan, dsb. Begitu menyenangkannya dapat kembali ke masa dimana klub bisa meraih Liga Champions yang kelima di Istanbul dan pada beberapa tahun berikutnya dapat melaju ke final lagi. Pada musim 2008-2009, kita juga dikejutkan oleh sosok yang bernama Fernando "El Nino" Torres yang berhasil membawa Liverpool hampir merebut gelar liga inggris sebelum penyakit yang bernama inkonsistensi membuat posisi Liverpool berhasil disalip sang rival, Manchester United.
 
Musim selanjutnya kesalahan fatal seorang Rafa yang lebih memilih mendatangkan Gareth Barry dan kondisi finansial klub yang kurang sehat membuat performa klub merosot tajam.  Pada musim 2009-2010 klub pun hanya bertengger di peringkat ketujuh yang merupakan prestasi terburuk klub pada 10 musim terakhir. Pada tahun tersebut manajemen klub dibawah pimpinan Tom Hicks dan George Gillett pun kehilangan kesabaran dengan memecat Rafa. Manajemen pun segera menunjuk Roy Hodgson untuk mengganti Rafa Benitez. Dengan pengalaman menangani beberapa klub besar eropa seperti Inter Milan, fans pun awalnya sangat berharap Oppa Roy dapat mengembalikan kejayaan Liverpool. Sayangnya antusiasme Kopites pun dibalas dengan kekecewaan, permainan klub semakin menurun. Dari kacamata saya, Oppa Roy tidak layak disalahkan. Saya lebih menyoroti kinerja manajemen dibawah pimpinan Hicks dan Gillet yang tidak bisa mengelola keuangan klub dengan baik sehingga Oppa Roy tidak punya dana transfer yang memadai.

Saya masih ingat pada awal musim 2010-2011 kita hanya membeli pemain kacangan seperti Joe Cole, Milan Jovanovic, Paul Konchesky, Danny Wilson, Brad Jones, dan Christian Poulsen. Joe Cole dan Poulsen pada masa jayanya memang merupakan pemain dengan skill di atas rata-rata, tapi pada saat kita mendatangkan mereka, pemain ini sudah mulai kehilangan sentuhan magisnya dan bahkan sudah mulai dipinggirkan oleh klub terdahulu. Pemain-pemain ini tidak bisa menutupi kepergian pemain-pemain senior seperti Mascherano, Aquilani, Riera, dan Benayoun yang pergi di waktu yang bersamaan.

Pada putaran kedua oppa Roy pun dilengserkan dan diganti oleh King Kenny Dalglish. King Kenny berhasil membawa angin perubahan di klub Liverpool dengan merestorasi tim dengan memasukkan pemain akademi kedalam skuad seperti Flanagan, Kelly, Jack Robinson, dan Jay Spearing. Pertama kalinya dalam 5 tahun terakhir saya melihat gerombolan pemain lokal Liverpool yang berhasil masuk skuad inti. Saya pun mulai kagum melihat sosok seperti King Kenny yang memberi kepercayaan lebih kepada talenta lokal. Angin perubahan pun semakin berhembus ke Anfield ketika kita berhasil mendatangkan Luis Suarez dan Andy Carroll untuk menggantikan Torres yang pergi ke Chelsea.

Pada musim 2011-2012, ketidakberuntungan pun kembali mendatangi Anfield. King Kenny membuat suatu keputusan yang saya anggap buruk ketika mendatangkan Stewart Downing dengan harga 20 juta pound dan Jordan Henderson dengan harga 15 juta pounds. Total sebesar 50 juta pounds dikucurkan untuk membeli Henderson, Doni, Enrique, Charlie Adam, dan Downing. Pada saat itu Liverpool menduduki peringkat ketiga klub dengan jumlah pembelian pemain terbesar dibawah Man City dan Chelsea dan perlu diingat klub pada saat itu sedang dalam kondisi keuangan yang tidak stabil pasca pergantian kepemilikan kepada John W Henry.

50 juta pounds + juara piala carling pun tidak dapat menyelamatkan karier kepelatihan King Kenny setelah hanya menduduki peringkat ke-8 liga inggris. Sangat tragis melihat klub sebesar Liverpool tertatih di papan tengah. Brendan Rodgers pun kemudian didatangkan untuk menggantikan King Kenny. Brendan Rodgers didatangkan setelah performa apiknya menukangi Swansea City. Rodgers mengalahkan saingan terdekatnya Roberto Martinez yang pada saat itu juga difavoritkan melatih Liverpool.

Pada awal musim, saya sempat merasa optimis dengan gaya permainan tiki-taka yang didengungkan Brendan Rodgers pada saat pre-season. Dengan beberapa pemain yang didatangkan seperti Sahin, Allen, Yesil, Assaidi, dan Borini semakin membuat saya optimis khususnya pada kualitas Sahin, Allen, dan Borini. Sampai akhirnya pada pekan pertama saya sangat terkejut ketika Liverpool dibantai oleh WBA 3-0. Pada saat itu Brendan Rodgers memakai formasi 4-3-3 dengan reina sebagai kiper, Agger, Skrtel, Kelly, dan Johnson sebagai bek, Lucas, Gerrard, dan Allen sebagai pembagi bola di tengah, Borini, Downing, dan Suarez sebagai pendobrak di lini depan.

Dari pertandingan tersebut saya melihat kecanggungan pemain Liverpool bermain tiki-taka. Bola hanya berputar tengah dan terkesan monoton dan tidak efektif. Beberapa pemain juga sering melakukan salah passing. Gol dari Zoltan Gera, Peter Odemwingie, dan Romelu Lukaku serta kartu merah dari Daniel Agger semakin membenamkan kita di The Hawthorns pada saat itu. Berikut saya lampirkan statistik pertandingan WBA vs Liverpool

Dari statistik diatas, dapat kita lihat Liverpool sangat dominan pada ball possesion sebanyak 57 % dibanding WBA yang mendapat 43 %. Ball possesion ini berbanding terbalik dengan keefektifan serangan. Kita hanya mendapat tujuh peluang shoots on goal sementara WBA mendapat 10 shoots in goal. Kita juga hanya mendapat tiga corner kick sementara WBA mendapat tujuh corner kick. Permasalahan yang saya lihat di tim ini pada pekan pertama adalah ketidakefektifan serangan karena dua faktor. Pertama, Gerrard tidak bisa memainkan peran sebagai playmaker dengan baik dan Borini beserta Downing tidak mempunyai skill yang mumpuni sebagai penyerang sayap aktif dalam formasi 4-3-3. 

Situasi semakin memburuk setelah sampai lima pekan pertama kita belum pernah meraih kemenangan bahkan kita harus mengalami tiga kekalahan melawan WBA, Arsenal, dan Manchester United. Pasca keterpurukan tersebut, secercah harapan mulai muncul pada pundak Raheem Sterling setelah penampilan gemilangnya pada saat melawan Arsenal dan Man City. Saya juga terkagum melihat permainan anak muda yang bernama Suso setelah penampilan impresifnya melawan Man United.

Sepanjang paruh pertama Liga Inggris, Liverpool menduduki peringkat kesembilan. Tim terlihat sangat bergantung kepada produktivitas gol Luis Suarez yang sepanjang paruh pertama telah mencetak 13 gol. Bila dibandingkan dengan total gol yang dilesakkan Liverpool pada paruh pertama yaitu 31 gol berarti hampir separuh total gol Liverpool dihasilkan oleh Luis Suarez. Penyakit pada pekan pertama pun menjalar sampai akhir putaran pertama. Dari lini belakang bola dapat dialirkan dengan baik sampai ke lini tengah, tapi anehnya bola itu seakan berhenti di tengah tanpa bisa dikreasikan menjadi peluang mencetak gol oleh pemain depan. Ketiga gelandang terlihat bermain terlalu statis dan sejajar. Sangat terlihat bagaimana Luis Suarez harus mengkreasikan peluang untuk dirinya sendiri. Sepanjang paruh pertama saya kurang melihat adanya dukungan dari Sterling, Borini, Downing, maupun Enrique yang sempat dicoba menjadi pernyerang sayap. Permainan anak-anak Merseyside sangat monoton bahkan secara jujur saya sedikit muak ketika menonton Livepool pada saat itu, tapi saya tetep menonton hanya karena saya ingin melihat bagaimana keajaiban skill Luis Suarez. Bahkan saya sempat berharap Brendan Rodgers lengser dari posisinya dan digantikan Rafa kembali atau Louis Van Gaal yang pada saat itu dikaitkan dengan Liverpool.

Paruh kedua keajaiban terjadi setelah masuknya Coutinho dengan Sturridge yang direkrut dari Inter Milan dan Chelsea. Mereka memberi dimensi baru dalam permainan tiki taka Liverpool yang belum terlihat sebelumnya. Coutinho bergerak di sayap, menggocek beberapa pemain belakang dengan gaya sambanya, dan sering menusuk ke dalam pertahanan lawan. Dia juga mempunyai akurasi umpan yang benar-benar sempurna menurut saya. Dia bisa melihat kemana pemain depan akan berlari dan sejujurnya hanya Coutinho dan Gerrard yang punya kemampuan ini. Sangat world class !!!!!. Daniel Sturridge memberi dimensi yang baru di depan dengan kecepatan dan ketajaman yang dimilikinya. Dia sering meminta bola ke belakang dan tidak selfish layaknya striker lain. Kehadiran Sturridge pun dapat mengurangi ketergantungan tim kepada Suarez. Saya merasa Rodgers menemukan kunci yang sangat penting di formasi 4-3-3 nya pada diri Sturridge dan Coutinho. Kita butuh adanya kedua sayap yang menusuk bukan melebar. Sayap yang menusuk dapat meningkatkan keefektifan serangan karena dapat membantu target man dalam membuka ruang dan mencetak gol. Sturridge berhasil mencetak 10 gol di paruh kedua EPL dan jumlah itu merupakan jumlah yang fantastis untuk pemain yang baru bergabung di putaran kedua sementara Coutinho berhasil mencetak 3 gol di EPL, jumlah yang sama dengan total gol downing di EPL dan lebih banyak dari Sterling padahal Cou baru masuk pada putaran kedua.

Musim 2013-2014 akan bergulir sebentar lagi. Saya begitu banyak melihat berita transfer yang menyangkut Liverpool FC akhir-akhir ini. Beberapa pemain diisukan datang ke klub yang bermarkas di Anfield ini. Mulai dari Henrikh Mkhtryan, David Villa, Christian Tello, Papadopoulos, Christian Eriksen, Tiago Illory, Loic Remy, Gerard Deulofeu, Alvaro Morata, Roberto Soldado, Cisokho, sampai kepada isu pemulangan kembali Xabi Alonso ke Anfield. Setiap hari daftar pemain ini yang mengisi headline di media lokal maupun internasional.

Saya begitu senang melihat kebijakan transfer manajemen klub. Sejauh ini mereka melakukan langkah cerdas dengan merekrut Aspas, Alberto, Toure, dan Mignolet dengan dana 22.8 juta pounds sementara klub berhasil mendapat dana sebesar 20 juta pounds dari aktivitas menjual pemain berarti kita hanya mengeluarkan dana sebesar 2.8 juta untuk transfer pemain. Mignolet merupakan kiper potensial dengan usia yang baru menginjak 25 tahun yang merupakan usia emas dalam sepakbola, dia berhasil membuat gawang Sunderland aman pada musim lalu. Hal yang sangat cerdas melihat Mignolet datang dan menggantikan posisi Reina melihat inkonsistensi permainan yang diperlihatkan Reina akhir-akhir ini. Dengan gaji yang lebih kecil, umur yang lebih muda, dan skill yang hampir sama bahkan saya yakin dapat melebihi Reina, uang 9 juta pounds merupakan jumlah yang pantas. Kolo Toure bek dengan mental juara, Liverpool sangat beruntung mendapatkannya dengan gratis. Aspas dan Alberto, dua pemain Spanyol yang mempunyai naluri mencetak gol yang sangat baik, saya rasa memberikan dimensi permainan yang sangat mendukung pola permainan tiki-taka Brendan Rodgers.


Pertanyaan selanjutnya dari sekian banyak pemain yang digosipkan untuk mengenakan kostum merah siapa lagi yang meruapakan pembelian cerdas Rodgers?. Saya melihat hal yang harus dibenahi adalah bek tengah. Dengan usia yang sudah menginjak kepala tiga, sangat riskan rasanya mempercayakan posisi inti kepada Kolo Toure. Ideal rasanya, Kolo Toure dijadikan pelapis buat Daniel Agger karena Kolo Toure mempunyai pengalaman kontinental yang tidak dipunyai para bek Liverpool. Saya melihat bahwa kedatangan Toure ini dapat menambahkan kemewahan di dalam skuad Liverpool yang menurut saya sebelumnya hanya dipunyai Suarez dan Gerrard. Skrtel?. Saya rasa dia belum cukup baik melihat blunder yang sering dia lakukan. Saya sangat ingin melihat Alderweireld menjadi pembelian Selanjutnya. Dia punya mental juara seperti seniornya di Ajax dulu, Jan Vertonghen. Kita juga punya permasalahan pada bek kiri. Kita tidak punya pelapis yang sepadan buat Jose Enrique, saya awalnya sempat berharap Jack Robinson diberi kepercayaan lebih, tetapi Brendan Rodgers mempunyai keyakinan lain dengan meminjamkannya ke Wolves. Aly Cisokho yang selama ini diisukan saya rasa terlalu mewah untuk dijadikan pelapis. Saya cenderung memilih Glen Johnson sebagai pelapis bek kiri sehingga kita tidak perlu beli bek kiri tambahan sambil menunggu matangnya Jack Robinson. Wisdom pemain yang versatille kita bisa coba untuk memainkannya sebagai bek tengah di ajang piala FA atau Carling. Saya juga sangat berharap Martin Kelly dapat lebih dipercaya untuk bermain di posisi bek kanan. Bagaimana dengan Coates dan Skrtel? saya rasa kedua pemain ini lebih baik dijual. Coates, bek potensial, tapi gaya mainnya sangat tidak cocok di EPL, Dia tidak punya kecepatan dan kemampuan passing yang bagus. Saya jadi ingat Gabriel Paletta yang dibeli Rafa yang mempunyai gaya main seperti Coates. Saya rasa klub bisa mendapat 15 juta pounds dari penjualan kedua pemain (Skrtel + Coates) tersebut.

Untuk pemain tengah, saya sangat kecewa ketika Jonjo Shelvey dijual ke Swansea. Dia adalah pemain tengah yang sangat bertalenta, Punya passing hebat, naluri mencetak gol, dan kecepatan diatas rata-rata. Sayangnya mentalnya belum terlalu bagus untuk bermain di EPL. Setelah melihat beberapa pertandingan pre-season kemarin, saya melihat ada satu dimensi yang Liverpool belum miliki. Dimensi ini sangat penting untuk bisa meraih mimpi untuk main di UCL musim depan. Liverpool tidak mempunyai playmaker !!!!!!. Kita tidak punya pemain sekelas Hazard, Mata, Silva, dan Cazorla. Di dalam formasi 4-3-3 playmaker sangat dibutuhkan. Kita dapat melihat bagaimana Iniesta menjadi roh permainan Barcelona dan pemain penentu ketika Messi, Villa, dan Pedro dimatikan. Kita sering memainkan Jordan Henderson di posisi tersebut. Dia punya stamina yang luar biasa, dan kecepatan yang baik. Tapi dia belum dapat menjadi penyuplai bola yang baik dan tidak punya naluri mencetak gol yang baik. Saya rasa ada missing link ketika bola dari Gerrard dicoba dioper ke depan. Bola dari Gerrard terlalu cepat mencapai Luis Suarez, Sturridge ataupun Coutinho, Bek lawan jadi mudah mematahkan serangan tersebut dan serangan terlalu mudah dibaca. Ketika Suarez, Coutinho, dan Downing dimatikan, kita tidak punya playmaker yang mampu mencetak gol. Musim lalu Henderson hanya mencetak 5 gol dan 4 assist dan masih kalah dibanding Gerrard yang mencetak 9 gol dan 9 assist. Hendo juga belum mempunyai konsistensi permainan. Ketika melawan Arsenal dia sangat luar biasa, tapi penampilannya kurang begitu menonjol pada pekan berikutnya. Saya rasa kita butuh pemain yang mampu memainkan bola terlebih dahulu sebelum mengeluarkan operan ajaib ke depan dan sesekali merangsek ke depan untuk mencetak gol persis seperti yang Iniesta, Silva, maupun Mata lakukan. Henderson saya rasa masih terlalu hijau buat melakukan hal tersebut. 

Saya rasa missing link itu terletak pada diri Christian Eriksen. Pemain internasional Denmark yang bermain untuk Ajax Amsterdam. Dengan usia yang masih sangat muda 22 tahun, dia sudah merasakan bermain di Piala Dunia, Liga Champions, Liga Eropa, dan memenangi gelar juara Liga Belanda. Musim lalu dia mencetak 13 gol dan 24 assist di semua kompetisi yang diikutinnya dan jumlah ini jauh diatas statistik Gerrard dan Henderson. Kemampuan tendangan bebasnya juga menjadi nilai tambah bagi Eriksen. Dia juga bisa dijadikan alternatif untuk menjadi penyerang sayap. Saya rasa perpaduan Eriksen dan Coutinho akan menjadi perpaduan mengerikan dan dapat menyaingi bahkan melebihi perpaduan Hazard dan Mata. Saya kuatir improvisasi Coutinho akan mulai terbaca oleh lawan apabila dia tidak mendapat tandem yang tepat di tengah. Coutinho tidak maksimal ditempatkan sebagai playmaker murni. Rodgers sudah menyadari ini ketika melawan Tottenham Hotspurs. Badan Coutinho yang kecil dapat dengan mudah dimatikan oleh gelandang bertahan liga inggris yang terkenal memiliki fisik yang prima oleh karena itu Cou ditempatkan di sayap kiri. Dampaknya lini tengah Liverpool kekurangan kreativitas, Henderson terlalu bermain sejajar dengan Gerrard dan asupan operan menjadi hanya berpusat di coutinho. Bola dari Gerrard selalu dioper ke kedua belah sayap tanpa adanya permainan menusuk dari gelandang. Coba anda lihat ketika melawan klub besar seperti Chelsea, United, City, dan Spurs. Kita tidak dapat melihat pergerakan maksimal dari Coutinho karena permainannya dikunci. Permainan monoton bola hanya bergerak dari Lucas kepada Gerrard atau Hendo dan kemudian bola direbut kembali. Saya rasa akan sangat hebat apabila kita punya Eriksen. Bagaimana Eriksen dapat menusuk ke depan dan membuka ruang untuk ketiga striker. Saya sangat yakin pembelian besar yang dimaksud Rodgers ada di dalam diri Eriksen.


Untuk posisi lini depan saya merasa kita memiliki skuad yang solid dengan adanya Sterling, Ibe, Aspas, Luis Alberto, Coutinho, Sturridge, dan Suarez, Untuk Suarez, saya sangat berharap dia masih ada di tim musim depan. Untuk bisa bertahan di 4 besar, pemain dengan mental juara seperti Luis Suarez sangat dibutuhkan. Kalopun akhirnya Suarez dijual, saya berharap manajemen dapat menjualnya di harga yang pantas Saya rasa 55 juta pounds merupakan harga yang tepat. Untuk penggantinya sendiri Diego Costa merupakan pilihan terbaik, pemain latin dengan mental pemenang dan kemampuan mencetak gol yang baik. Saya tertarik melihat persaingan antara pemain muda potensial seperti Sterling, Ibe, dan Luis Alberto untuk merebut posisi inti di tim. Saya yakin ketiga pemain ini akan menjadi The Next Liverpool Legend dengan skill yang mereka miliki. Bagaimana dengan Asaidi, Downing, dan Borini?. Sejujurnya, saya tidak melihat adanya masa depan buat Assaidi dan Downing di tim karena saya melihat Rodgers akan memainkan gaya permainan yang sedikit berbeda dengan permainan sayap yang menusuk bukan melebar yang notabene tidak sesuai dengan gaya permainan Assaidi dan Downing. Saya rasa keputusan untuk melego Downing + Assaidi ke klub lain merupakan pilihan yang bijak. Bagaimana dengan Fabio Borini?. Saya rasa akan sangat bijak untuk meminjamkan Borini ke klub EPL lain yang mampu memberikan jaminan bagi dia untuk bermain sebagai pemain inti dengan opsi pemanggilan kembali. Sangat disayangkan talenta mewah Borini menjadi sia-sia akibat berada di bawah bayang2 Suarez, Coutinho, Sturridge, dan Aspas. Berikut akan saya lampirkan formasi impian Liverpool menurut saya pribadi dan semoga om Brendan Rodgers dapat melihatnya :)



                                                                        Mignolet
                                                                         (Jones)
                                                                
   G. Johnson                           Alderweireld                          Agger                      Enrique    
   (M. Kelly)                              (Wisdom)                            (Toure)                  (G. Johnson)



                                                                        Lucas
                                                                      (Spearing)

                                                                      S. Gerrard
                                                                       (J. Allen)

                                                                     C. Eriksen
                                                                     (Henderson)


                       Aspas                                     L. Suarez                              P. Coutinho
                      (D. Sturridge)                         (L. Alberto)                            (Ibe/Sterling)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar